DAMPAK BLOKADE PADA SEKTOR-SEKTOR PEMBANGUNAN
Pendahuluan
Tulisan ini berusaha menggambarkan tentang politik terbaru
Kemudian pembicaraan tulisan ini beralih kepada pembahasan masalah dampak blockade ini pada pembangunan di Jalur Gaza dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, air, dan lain sebagainya. Kemudian, tulisan ini akan diakhiri dengan beberapa kesimpulan dan rekomendasi.
Beberapa Informasi yang Harus Diketahui
Sekilas Tentang Jalur
Jalur Gaza adalah sebuah wilayah di Palestina yang bentuknya memanjang dan sempit. Panjang wilayah ini adalah 45 Km, dan lebarnya 5,7 Km di beberapa bagian, dan 12 Km di bagian yang lain. Sehingga kalau dijumlah, luar Jalur Gaza adlah 365 Km. Wilayah ini dihuni oleh sekitar 1,5 juta penduduk yang sebagian besarnya merupakan pengungsi yang meninggalkan tempat tinggal mereka yang sebenarnya.
Israeil pernah mengumumkan telah meninggalkan wilayah ini secara sepihak, namun walupun demikian, sebenarnya
Sejal mulai pendudukan
Pintu Masuk Jalur
Walaupun tentara
Jalur Gaza mempunyai 6 pintu. Satu di antaranya ditutup sama sekali. Sisanya lebih sering ditutup sepanjang tahun, sesuai dengan politik yang sedang dijalankan oleh
1. Pintu Rafah. Pintu masuk ini adalah satu-satunya yang bisa digunakan untuk pergerakan rakyat Palestina di luar Jalur Gaza. Pintu ini menghubungkan antara Jalur
2. Pintu Minthar (Karni). Pintu ini digunakan untuk gerakan perdagangan. Terletak sebelah timur
3. Pintu Bait Hanun (Iriz). Terletak di sebelah utara Jalur Gaza. Khusus digunakan untuk keluar masuk buruh, pedagang, bisnisman, dan tokoh-tokoh penting Negara.
4. Pintu masuk Shufa. Terletak di sebelah tenggara Khan Yunus. Menghubungkan antara Jalur Gaza dan
5. Pintu Karam Abu Salim (Kiram Shaloom). Terletak di sebelah selatan Jalur Gaza. Digunakan khusus untuk jalur impor dari Mesir melewati
6. Pintu Nahil Auz. Pintu ini tertutup dan tidak digunakan lagi. Bahkan sudah dialih-fungsikan menjadi pos militer. Dulunya biasa digunakan untuk keluar masuk buruh dan barang dagangan.
Kesepakatan Berkaitan dengan Pintu Perbatasan (2005)
Setelah berunding selama dua bulan, diumumkan bahwa telah tercapai sebuah kesepakatan antara dua belah pihak berkaitan dengan kebebasan berpindah-pindah, keluar masuk Jalur Gaza, dan pembukaan kembali pintu masuk Rafah. Kesepakatan itu menyatakan bahwa pintu Rafah akan kembali dibuka pada tanggal
Salah satu butir kesepakatan itu juga menyatakan bahwa pemerintah Otoritas Palestina berkewajiban melaporkan jika ada diplomat, investor, dan orang non-Palestina yang akan menyeberang. Dan menjadi hak
Kesepakatan yang dipelopori oleh menteri luar negeri AS, Condolezza Rice ini, disepakati akan berlaku untuk setahun.
Pihak ketiga, Uni Eropa, juga mempunyai kewenangan untuk melakukan pemerikasaan tambahan terhadap penduduk Palestina yang menyeberang dan penggeladahan barang bawaan mereka.
Pada tahap pertama, belum dibolehkan keluar masuknya kendaraan melewati pintu Rafah. Kendaraan hanya dibolehkan keluar masuk melalui Pintu Karam Abu Salim, sampai pembanguan infra struktur Rafah rampung. Dan perlu diketahui bahwa pembangunan itu belum selesai hingga tulisan ini dibuat.
Adapun di pintu Karam Abu Salim, kendaraan pengangkut barang dari dataran Sinai diperbolehkan masuk. Sementara ini, mereka masuk lewat jalan baru yang mereka buat di pintu Karam Abu Salim hingga penertiban berkenaan bea cukai selesai dan kembali seperti dulu lagi. Di pintu ini juga akan ada pemeriksaan barang-barang Palestina yang akan dilakukan oleh
Adapun pintu Minthar, adalah digunakan untuk mengumpulkan barang-barang dagangan, yang nantinya akan dimasukkan melalui pintu Bait Hanun dan pintu-pintu yang lain. Jumlah maksimal yang boleh masuk setiap harinya adalah 150 truk. Jumlah ini adalah batas minimal bagi kebutuhan rakyat Palestina sehingga ekonomi dapat bergerak. Yang menentukan hal ini adalah Bank Dunia.
Berkaitan dengan perhubungan antara Jalur
Berkaitan dengan bandara dan pelabuhan, kesepakatan itu menyatakan bahwa Palestina dibolehkan untuk meneruskan pembangunan pelabuhan
Kemudian juga tercapai sebuah kesepakatan antara Palestina dan Mesir untuk sama-sama memudahkan keluar masuknya penduduk Palestina yang melewati pintu Rafah. Hal itu dicapai dalam pertemuan-pertemuan intensif yang dilakukan oleh Muhammad Dahlan yang menjabat sebagai menteri urusan sipil, bersama perwakilan-perwakilan dari berbagai departeman dari pemerintah Mesir. Kesepakatan ini didasarkan pada ketentuan yang sudah disepakati bersama, yaitu:
1. Membiarkan masuk tanpa visa bagi beberapa kategori orang, yaitu: orang yang berumur di bawah 18 tahun dan di atas 40 tahun, wanita yang akan belajar di berbagai perguruan tinggi Mesir dengan syarat mereka membawa surat tanda diterima sebagai mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut, orang yang membawa paspor diplomat, rombongan tamu pemerintah, anak-anak yang datang dibawa oleh orang tua mereka, dan para pedagang Palestina. Semua ini dilakukan dengan berkordinasi dengan pemerintah Otoritas Palestina dan berdasarkan peraturan yang berlaku yang berbunyi bahwa para penduduk Palestina harus membawa paspor Palestina yang masih berlaku, berisi ijin dan keluar.
2. Membuka pintu Rafah untuk penyebarangan sepanjang 24 jam sehari.
3. Memanfaatkan bandara Arisy untuk pergerakan perdagangan keluar masuk Jalur Gaza
4. Penyelesaian birokrasi barang dagangan di pintu Rafah dilakukan oleh pihak Mesir.
5. Mengefektifkan kesepakatan Mesir-Palestina yang berkaitan dengan masalah bea cukai antara dua belah pihak. Mengevaluasi pelaksanaan langkah-langkah yang disepakati kedua belah pihak dalam hal pemudahan urusan perdagangan dan birokrasi.
6. Saling tukar informasi bea cukai yang berkenaan dengan barang-barang yang dilarang untuk dibawa oleh para penyeberang. Kordinasi antar kedua belah pihak yang berkaitan dengan masalah penyelundupan.
7. Mendirikan kantor-kantor untuk kordinasi antara kedua belah pihak dalam hal keamanan dan sipil guna menghadapi permasalah yang bisa timbul saat pelaksanaan, apalagi yang berkaitan dengan masalah penyelundupan.
Blokade Jalur
Kalau kita cermati tahun pertama penerapan kesepakatan ini, kita dapati sudah tercipta stabilitas keamanan dan politik. Terutama pada paruh pertama tahun pertama. Seharusnya fase itu menjadi fase yang penuh dengan kesejahteraan dan peningkatan taraf ekonomi. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Seperti diungkapkan sebuah laporan Biro Kordinasi Masalah Kemanusiaan yang merupakan bagian dari PBB pada tanggal
Disebutkan bahwa jumlah penduduk Palestina yang berhasil keluar dari Jalur
Seperti yang kita lihat bersama,
Pada tanggal 19 September 2007 menaikkan permusuhannya terhadap Jalur Gaza dengan mengumumkan bahwa di Jalur
Pada tanggal 18 Januari 2008, permusuhan yang dilakukan oleh
LAPORAN KOMISI PERLAWANAN BLOKADE
· Kerugian material yang diakibatkan penerapan blokade hingga pertengahan bulan Oktober adalah 640 juta Dollar.
· Kerugian sektor industri setiap bulannya sebesar 16 juta Dollar
· Kerugian sektor pertanian setiap bulannya sebesar 10 juta Dollar.
· Kerugian sektor-sektor lainnya seperti perdagangan, pembangunan dan jasa setiap bulannya sebesar 22 juta Dollar.
Sampai pertengahan bulan Oktober 2008, blokade yang sangat berat atas Jalur Gaza sudah berlangsung selama 16 bulan. Karena blokade itu dimulai pada tanggal 12 Juni 2007. Blokade ini diberlakukan bersamaan dengan semakin kuat dan gencarnya serangan yang dilakukan
Saat ini kerugian-kerugian yang dialami oleh beberapa sektor di atas telah membuat Jalur Gaza layaknya
Hampir bisa dikatakan, Jalur Gaza mengandalkan secara penuh kepada barang-barang dagangan
Adapun perkiraan yang dikeluarkan Bank Dunia adalah angka kemiskinan yang semula sebesar 35% pada tahun 2006 naik menjadi 66% pada tahun 2007. Ditambah lagi pertambahan yang sangat mencolok dalam jumlah angka pengangguran hingga mencapai 65%. Hal ini jelas menyebabkan lemahnya kemampuan penduduk Jalur Gaza untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka. Pendapatan perkapita penduduk Jalur Gaza turun menjadi kurang dari 650 Dollar pertahun.
Sektor Khusus
Di Palestina secara umum, dan Jalur Gaza secara khusus, sektor khusus adalah penggerak utama bagi pembangunan ekonomi. Karena sektor ini telah melahirkan 53% lapangan pekerjaan. Sepanjang masa penjajahan, sektor inilah yang menjadi sasaran utama serangan
Kemampuan produksi sektor ini turun dari 76% sebelum meletusnya Intifadhah Aqsha, menjadi 31.1% pada perempat pertama tahun 2001. Kemudian sektor ini bisa kembali mengembalikan momentumnya hingga 46% antara tahun 2006 hingga Juni 2007.
Namun sejak diterapkannya isolasi total terhadap Jalur
Di sini perlu disebutkan bahwa keberhasilan menutupi kebutuhan yang hanya 10% ini menghabiskan dana yang sangat besar. Ditambah lagi, kesulitan yang dihadapi kemudian untuk memasarkan hasil produksi mereka disebabkan penutupan pintu-pintu tersebut.
Sensus menyebutkan bahwa lebih dari 43% perusahaan menghentikan produksi mereka secara total. Di waktu yang sama, lebih dari 55% perusahan tersebut menurunkan jumlah produksi mereka hingga mencapai 75%.
Sektor Industri
Sektor industri hampir sepenuhnya mengandalkan bahan mentah yang diimpor dari luar. Lebih dari 80% alat berat produksi dan suku cadang diimpor dari luar. Kemudian sebagian besar hasil industri diekspor ke luar. Pada waktu puncak produksi, kemampuan ekspor bisa mencapai 748 kontainer yang mengangkut hasil industri untuk satu bulan. Sebagian besar berupa perabot rumah tangga, produk makanan, garmen, dan produk pertanian.
Sejak dimulainya blokade,
Sensus menyatakan bahwa lebih dari 97% perusahan industri ditutup. Jumlahnya kira-kira 3900 perusahaan. Selain itu, produk industri yang sudah siap pun tidak bisa dipasarkan ke luar. Hal ini menyebabkan bertambahnya jumlah penganggur menjadi 35.500 orang. Sebelumnya memang jumlah pekerja pada sektor industri mencapai 35.500 orang sebelum
Hasil penghitungan yang dikeluarkan organisasi persatuan industri Palestina menunjukkan bahwa kerugian yang ditimbulkan dari blokade terhadap Jalur Gaza itun mencapai 15 juta Dollar, karena pendapatan bersih sektor industri di Jalur Gaza pada tahun 2006 mencapau 500.000 Dollar per hari. Jadi jumlahnya hingga pertengahan Oktober 2008 mencapai 97.5 juta Dollar.
Keterangan yang dikeluarkan oleh sektor-sektor ekonomi menyebutkan bahwa kerugian langsung mencapai 320 juta Dollar. Oleh karena itu, sektor-sektor yang mengalami kerugian itu sama sekali belum pernah mengekspor produk mereka.
Jumlah perusahaan industri pun mengalami penurunan. Dari yang tadinya berjumlah 600 perusahaan, berkurang menjadi 30 perusahaan. Sehingga kerugiannya pun bisa mencapai 120 juta Dollar. Selain itu, lebih dari 6500 pekerja kehilangan pekerjaannya.
Adapun khusus berkenaan dengan produksi tekstil dan garmen, keterangan tersebut menyatakan bahwa hampir keseluruhan perusahaan, yang jumlahnya lebih dari 960 perusahaan. Perusahaan sebanyak itu setiap tahunnya bisa memproduksi sekitar 5 juta helai pakaian, yang 95% dari jumlah itu diekspor ke Israel.
Selain itu, lebih dari 2500 orang kehilangan pekerjaannya. Dan secara keseluruhan, kerugian yang ditanggung sebesar 40 juta Dollar. Perlu diketahui, jumlah kendaraan yang dibutuhkan untuk mengangkut hasil produksi itu sebanyak 245 kendaraan.
Keterangan juga menunjukkan bahwa seluruh perusahaan konstruksi ditutup. Perinciannya adalah 13 perusahaan keramik, 30 perusahan semen, dan 145 perusahaan marmer. Keseluruhan, pekerja yang kehilangan pekerjaan dalam bidang ini sejumlah 3500 orang.
Sektor Pertanian
Jalur Gaza memiliki lebih dari 70.000.000 meter persegi lahan pertanian. Lahan seluas itu bisa memproduksi 280.000 hingga 300.000 ton produk pertanian setiap tahunnya. Sepertiga produk tersebut diekspor.
Sektor pertanian ini membuka lapangan pekerjaan lebih dari 40.000 orang. Baik pekerja tetap ataupun sementara. Jumlah ini adalah 12.7% dari tenaga kerja yang tersedia. Selain itu, jumlah ini juga mampu mencukupi kebutuhan makanan bagi seperempat jumlah penduduk.
Sejak pemberlakuan blokade total,
Keterangan Departemen Pertanian menyebutkan bahwa kerugian per hari yang disebabkan terhalangnya kemungkinan ekspor sebesar 150.000. Kalau dijumlah, maka kerugian selama masa blokade sebesar 67 juta Dollar. Selain itu, karena mengonggok, ada ribuan ton kentang membusuk tanpa bisa dimanfaatkan, dan lebih dari 10.000 ton produk pertanian lainnya terpaksa dijual di pasar local dengan harga jauh di bawah standar. Perlu dikatahui, harga local hanya 10%-15% dari harga ekspor.
Sebagian petani mengalami kerugian lantara produknya terpaksa dijual di pasar local, sebagian petani yang lain mengalami kerugian karena pasar local mereka dipenuhi dengan produk ekspor.
Diperkirakan penurunan jumlah produksi musim tanam ini mencapai 20%-30% dari produksi musim tanam yang lalu. Kerugian perbulan diperkirakan mencapai 10 juta Dollar.
Bisa dikatakan, blokade telah menghancurkan musim produksi pertanian, mulai dari tanggal 15 November sampai bulan Mei 2008.
Diperkirakan jumlah petani pada musim ini berjumlah 7500 orang. Keberhasilan produksi mereka yang berjumlah 14 juta Dollar mengandalkan sepenuhnya kepada ekspor. Untuk jumlah ini, lahan yang ditanami seluas 3.130.000 meter persegi. Mereka menanaminya dengan strawberry, kentang, dan lain-lain.
Di sektor perikanan,
Sektor Kesehatan
Sektor kesehatan mengalami hal yang sama. Blokade
Laporan dari departemen kesehatan menunjukkan bahwa sebagian besar obat pokok telah habis. Sampai tanggal tulisan ini dibuat, jenis obat yang habis itu diperkirakan berjumlah 160 jenis. Sedangkan keperluan kedokteran yang lain berjumlah 130 macam. Kemudian obat yang masih ada, 120 jenis di antaranya juga diperkirakan akan habis dalam waktu dekat, dan sekitar 90 alat kedokteran sudah tidak bisa dipakai lagi karena tidak adanya suku cadang yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Yang membuat keadaan lebih parah, para penduduk juga tidak bisa meninggalkan Jalur Gaza untuk sekadar mendapatkan pengobatan yang layak. Catatan yang dikeluarkan WHO, ada ratusan kasus penyakit kronis yang membutuhkan operasi spesialis terutama yang berkenaan dengan otak, syaraf, dan tulang, kanker, ginjal, dan jantung, tidak bisa mendapatkan pengobatan karena jalan ke luar Jalur Gaza ditutup.
Catatan WHO menambahkan bahwa ada lebih dari 1150 orang sakit yang tidak bisa meninggalkan Jalur
Departemen Kesehatan mencatat ada puluhan kasus meninggal dunia karena tidak bisa keluar dari Jalur Gaza untuk mendapatkan pengobatan. Hingga akhir bulan Oktober ada 252 orang yang meninggal disebabkan blokade.
Sektor Konstruksi dan Infrastruktur
Sejak Israel mengumumkan berhentinya penggunaan kode bea cukai untuk Jalur Gaza, dan melarang masuknya bahan mentah ke Jalur Gaza, yang di antaranya adalah bahan-bahan bangunan seperti semen, besi, dan baja, maka sektor konstruksi pun menjadi lumpuh. Dan banyak pabrik bahan bangunan tutup, di antaranya 13 pabrik keramik, 30 pabrik semen, 145 pabrik marmer, 250 pabrik batu bata. Hal ini menyebabkan sejumlah 3.500 orang kehilangan pekerjaannya.
Selain berhentinya proyek-proyek pembangunan yang diperkirakan bernilai 350 juta Dollar, karena PBB menghentikan proyek-proyek pembangunan infrastruktur seperti pembuatan jalan, saluran air, saluran pembuangan air, yang semuanya diperkirakan berjumlah 60 juta Dollar. International Relief Agency juga menghentikan program penciptaan lapangan pekerjaan yang bernilai 93 juta Dollar, yang dimanfaatkan oleh lebih dari 16.000 orang. Selain itu semua proyek pembangunan gedung-gedung perguruan tinggi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, dan sektor investasi khusus, juga dihentikan.
Bahan Makanan
Menurut catatan yang diambil dari pintu Rafah, bahan makanan yang bisa masuk hanyalah 15% dari jumlah kebutuhan penduduk Jalur Gaza. Naiknya harga bahan makanan dimulai pada bulan Juli 2007 disebabkan sangat minimnya bahan makanan yang ada karena pintu masuk yang ditutup dan produksi yang terhenti.
Sebagian besar penduduk tidak mempunyai daya beli kebutuhan pokok. Dari 62% keluarga yang ditanya, 93,5% dari mereka mengatakan telah menurunkan anggaran belanja. Hal itu bisa dilihat akibatnya, yaitu berkurangnya konsumsi daging hingga 98%, dan konsumsi produk susu hingga 86%.
Sektor Perairan Dan Saluran Pembuangan
Setelah peristiwa bulan Juni 2007 di
1. Menurunkan suply bahan bakar yang biasa digunakan untuk mengoperasikan stasiun pembangkit listrik. Hal ini menyebabkan terputusnya aliran listrik dan lemahnya tegangan.
2. Menurunkan supply bahan bakar yang biasa digunakan untuk mengoperasikan generator pengganti pembangkit listrik.
3. Menutup pintu-pintu masuk, dan menghalangi masuknya berbagai bahan, peralatan, dan suku cadang, yang biasa digunakan untuk mengoperasikan dan memperbaiki saluran perairan dan saluran pembuangan. Hal ini menyebabkan berkurangnya kemampuan Dinas Perairan untuk terus menyediakan kebutuhan minimah akan air.
Sektor Pembuangan Sampah
1. Permasalahan juga dihadapi oleh sektor yang bertugas mengumpulkan sampah dan membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang berjumlah tiga tempat, yaitu
2. Proses pembuangan sampah juga sering macet untuk waktu yang panjang. Sebab utama hal ini adalah tidak tersedianya bahan bakar dan suku cadang kendaraan pengangkut sampah tersebut.
3. Sekitar 50% kendaraan milik pemerintah
Penutup
1. Hasil dan kesimpulan:
· Blokade yang dilakukan
· Blokade yang dilakukan
· Blokade ini adalah sebab utama hancurnya ekonomi Palestina di segala sektor; pertanian, industri, perdagangan dan sebagainya
· Blokade telah menaikkan angka kemiskinan pada tingkat yang belum pernah terjadi
· Blokade telah menyebabkan terjadinya musibah kemanusiaan, kesehatan, dan lingkungan yang sangat berbahaya.
2. Rekomendasi:
· Sangat pentingnya kerja sama antara berbagai lembaga masyarakat dunia untuk mengungkap politik penjajahan yang sangat kejam. Terutama blokade yang dilakukan terhadap Palestina, yang merupakan pelanggaran terhadap semua konvensi internasional dan HAM.
· Mendesaknya upaya optimalisasi komunikasi dengan berbagai lembaga HAM dan khususnya para aktifis di Eropa, agar perhatian terhadap blokade meningkat dan ada tekanan internasional kepada pemerintah
· Mendesaknya penciptaan suasana yang mendukung keberhasilan dialog antar elemen Palestina sehingga perpecahan di antara mereka berakhir, dan dapat bersatu dalam menghadapi penjajah
· Mengajak masyarakat dunia untuk mengkritisi pemerintah
0 komentar:
Posting Komentar