Atau apapun sebutanmu..bunda..umi..mamah...emak...ambu...
Adalah oase yang menyejukkan...
Bahumu walaupun tak bidang selalu siap untuk menjadi sandaran..
Suaramu mungkin tak merdu tapi setia menemaniku
memberi ketenangan saat gundah menerpa
Menguatkan saat aku lemah...
Memarahiku kala aku salah melangkah
Pengayomanmu...paripurna..
Ketulusan dan cintamu meluas bagai samudera...
Ibu...umi..bunda atau apapun sebutanmu..
Kini di 73 tahun usiamu
Kerut diwajahmu yang buatku selalu ayu
Rentanya dirimu tak sedikitpun membuat renta kasihmu padaku
Engkau yang mengenalkan aku mencintai Al Khaliq
Mendidikku tentang keajaiban doa tanpa kata...
Bersamamu aku merasakan ajaibnya kemurahan Tuhan
dan selalu engkau berkata “Ah...ibu hanya punya Allah...” setiap kali aku bertanya
darimana sumber kekuatan dan energimu yang seolah tak pernah habis
Ibu...bunda atau apapun sebutanmu
yang setia menjagaku kala sakit bahkan disaat aku telah dewasa
menemani sendiriku mengajakku pasrah dengan doa dan shalatmu
mengandung...melahirkan...mengasuh dan mendidik 12 putera putrimu...
pastilah tidak mudah...
namun dengan cinta kau contohkan aku ketegaran dan kemandirian
kini dengan 2 putri dan seorang putera amanahNya...
semakin ku sadari betapa aku masih selalu belajar...
dari bunda yang hanya memberi...tak harap kembali...
sungguh bagai sang surya...menyinari dunia..
Penggalan puisi di atas sungguh tidak bisa menggambarkan betapa sosok ibu adalah “luar biasa”. Si Multi talent yang mempunyai multiperan dalam keluarga. Koki (seadanya walau menu utama reng goreng lagi..mie, nasi, ayam, tahu tempe...goreng) merangkap sopir (ke pasar atau antar jemput sekolah), perawat (duh sedihnya saat si kecil sakit) sekaligus guru les (kasihan kau anakku pelajaran bahkan SD sekalipun aku mulai grogi membimbingmu karena bobot dan materinya yang untukku sangat jauh dibanding masa kecilku dulu), tukang kebun (beberes atau sekedar menyiram bunga) sekaligus atm juga kadang-kadang(hehe)...mediator pihak yang bertikai (baik antar mereka atau kadang dengan ayahnya atau pihak lain hehehe temannya maksudku....)
Benarlah apa yang seorang pendidik sampaikan padaku, “ Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya”
Aku yang tidak pernah kenal Play Group atau TK tidak jarang senyum-senyum sendiri melihat bahan ajar yang diterima buah hatiku. Berusaha mengingat ingat kembali, betapa santai dan asyiknya masa kecilku dulu...main bola, mandi hujan, panjat pohon dan menikmati buahnya langsung di atap loteng rumah...berkejaran usai shalat tarawih, sampai belanja keperluan sekolah sendiri...
Kadang aku berfikir, bagaimana ibu punya tenaga luarbiasa bahkan untuk mengandung saja aku sepertinya sudah merasa kelelahan dengan tiga kali melahirkan normal...sementara ibu dengan duabelas anak...wuih..
Aku belum punya hasil penelitian yang menunjukkan tingkat keimanan seorang ibu berbanding lurus dengan kesuksesannya dalam mendidik, mengasuh dan mengantarkan anak-anaknya ke gerbang kesuksesannya. Tapi aku merasakan, bersama ibu aku belajar pasrah dan tawakal sebenar-benarnya.
Saat almarhum ayah meninggal di RS.Jantung Harapan Kita...kepasrahan ibu berbayar dengan selesainya semua urusan administrasi sehingga ibu tidak ditinggalkan hutang, padahal secara logika, biaya rumah sakit berbilang juta. Saat anak-anaknya menempuh ujian, maka shalat malam yang biasa rutin beliau lakukan...akan berbilang jumlah dan lamanya...
Aku yang membersamainya tigapuluh empat tahun sudah, walau secara fisik tidak selalu dekat karena sembilan tahun lamanya aku belajar di pesantren...kemudian bekerja dan berkeluarga jauh dari ibu...Tapi aku merasakan betul doa dan keridhoannya menjadi azimat yang menguatkan dan melimpahkan berkah Allah pada hidup dan kehidupanku sampai saat ini...
Aku yang biasa-biasa saja Allah hadiahkan suami yang ganteng...baik hati dan yang terpenting sayang padaku (ge er)...Allah amanahkan padaku dua putri yang menggemaskan seorang putra yang sehat... semua terasa begitu sempurna....Maka nikmat Allah yang manalagikah yang aku dustakan?
Dan aku penuh sadar, bahwa sebab keberkahan itu adalah IBU... sumber kebahagiaan itu adalah IBU yang tak pernah mengeluh di usianya yang semakin senja masih direpotkan dengan anak dan cucunya...
Maka ibuku sayang SRI SUHARTI (tanpa gelar hajjah karena engkau ingin mabrurnya)...hanya terima kasih...atas semua malam saat kau terjaga menimangku sejak bayi hingga aku mengandung bayiku sendiri...Terima kasih untuk menerima segala keterbatasan kami anak-anakmu dan selalu ceria menyambut kehadiran anak cucumu...Terima kasih untuk semua menu yang kau masak dengan bumbu cinta dan kasih... Terima kasih...mengizinkanku memetik mimpi-mimpiku yang mungkin bukan mimpi-mimpimu...Terima Kasih untuk menguatkan, membimbing, menghabiskan semua waktumu untuk kami...anak-anakmu..
Maafkan aku, Ibu sayang...yang bahkan mendoakanmu sepenuh hatipun tak kerap aku lakukan...
Maafkan aku yang tak bisa menghujanimu dengan hadiah-hadiah indah dan berharga
Maafkan aku yang tak selalu ada saat kau butuhkan, yang terlalu sering mengecewakan...
Doakan aku dapat menjadi ibu yang luarbiasa untuk anak-anakku sekaligus istri hebat seperti yang engkau contohkan. Aku yang terus belajar untuk tidak mudah meradang saat nada atau nisa tidak melakukan apa yang aku harapkan...bukankah perjalanan mereka masih panjang(amin ya Rabb, berkahi hidup dan kehidupannya)
Maka bukankah aku harus punya kesabaran seluas samudera agar kelak hanya baik dan kebaikan yang anak-anakku kenang dari ibunya yang biasa-biasa ini...
Ibu....Aku sayaaaaaaaaang, aku rindu dan kangen dekap hangat dan peluk ciummu...
Terima kasih...ibuku pahlawanku...ibuku idolaku...ibuku sahabat terbaikku...ibuku guru dan pendidik terhebatku...ibu...aku mencintai mu karena Alloh...
dari yang mengagumi perjuangan para ibu
Ummi Nada
Free Counter | Diseño Web |
0 komentar:
Posting Komentar