Risalah Ukhuwah (2)



Saudaraku....
Engkau orang yang paling aku kasihi setelah Rasulullah saw. Kulihat dirimu menjauhi ahli maksiat, dan akrab dengan orang-orang beriman. Lalu engkau mencari para mujahid diantara orang-orang beriman itu dan bergabung dengan mereka. Bahkan engkau berlomba-lomba dengan mereka. Segala yang kau miliki telah engkau korbankan ; waktu, kejuhudan, harta, dan jiwamu dalam membela Islam. Padahal engkau tahu bahwa jalan para mujahid itu sangat sulit, apalagi di zaman sekarang ini.
Saudaraku, Bagaimana mungkin aku tidak mencintaimu setelah itu ???


Cintaku kepadamu adalah bukti keimananku. Bukankah Rasul telah berkata :
" Tiga hal yang jika dimiliki oleh seseorang maka dia akan merasakan manisnya iman ; menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai selain dari keduanya, mencintai seseorang hanya karena Allah semata, benci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari kekufuran itu, sebagaimana bencinya dilemparkan kedalam api neraka"
{ Bukhari dan Muslim}

Dalam hadits lain beliau Saw. berkata : " Ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena-Nya."

Tidak aneh jika cintaku kepadamu melebihi cintaku kepada bapak, ibu, istri, dan anakku, selama mereka belum sampai pada derajat ikatan ini.

Saudaraku....
Telah ku rasakan kehangatan dan manisnya mahabbahmu. Setelah kenikmatan ibadah dan taat kepada Allah SWT, tidak ku temukan sesuatu yang lebih manis, lebih utama dan lebih sempurna dari itu. Tak ada kata-kata yang sanggup melukiskan keindahannya. Itulah kenikmatan yang Allah berikan kepada hamba-hamba yang saling mencintai karena-Nya. Semua yang telah mereguk kenikmatan ini tidak akan rela menggantikannya dengan kenikmatan yang lain. Semua kelezatan dunia akan menjauh karena malu kepadanya.

Setiap yang telah mereguk manisnya ukhuwah, lalu dia berpisah dengan saudaranya -karena bepergian atau karena sebab lainnya- niscaya dia akan merasakan pahitnya keterasingan dan rasa rindu yang melekat ke negeri dimana kekasihnya tinggal.

Kalaulah para penghuni bumi ini tahu apa yang kita rasakan dari kenikmatan ini, mereka yakin bahwa seluruh kenikmatan yang mereka miliki tidak ada artinya dihadapan nikmat cinta karena Allah ini. Mereka akan sekuat tenaga berusaha untuk meneguknya. Tapi sayang, Allah telah memilihkannya bagi hamba-hamba pilihan.

Saudaraku...
Kulihat keheranan menghiasi wajah orang-orang yang memperhatikan kita dan hubungan kita yang sangat akrab. Ku perhatikan mereka terheran-heran ketika menyaksikan insinyur berjalan bersama buruh, dokter dengan petani, pelajar dengan guru, orang kaya bersama fakir miskin,dan orang muda dengan orang tua.
Kudengar mereka saling bertanya satu sam lainnya:
" Apa yang memadukan mereka dengan perbedaan golongan, intelektual dan status mereka ?"
"Apa yang menjadikan mereka mau berkorban untuk saling membantu diantara mereka tanpa merasa bosan, bahkan pertolongan itu dilakukan dengan penuh kebahagiaan ?"
"Kenapa tidak terjadi diantara mereka seperti yang terjadi pada keumuman manusia ; saling menyombongkan diri, egois, saling berselisih dan saling bertentangan ?"

Saudaraku, kita adalah orang-orang asing dihadapan manusia. Kita berusaha untuk mengaflikasikan Islam pada saat Islam terasa asing dihadapan para pemeluknya, seperti yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw.. : " Islam pada awalnya terasa asing, dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya. Berbahagialah orang-orang yang dianggap asing (karena mengamalkan Islam)" {Diriwatkan oleh Muslim dari Abi Hurairah}

Jangan heran dengan pertanyaan orang-orang disekelilingmu tentang sebab persahabatan, cinta kasih, pengorbanan diri, itsar dan sebagainya yang terjadi dengan kita. Karena mereka tidak saling berkasih sayang kecuali atas dasar egois, hubbu dzati -cinta materi- dan aktifitas yang dapat mewujudkan kemaslahatan mereka terhadap orang lain, karena mereka jauh dari Islam.

comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger