Risalah Ukhuwah (3)


Saudaraku...
Kuingatkan diriku dan juga dirimu dari mencintai seseorang karena ketertarikan jasadi. Karena hal ini akan menjadikan ketergantungan dia kepada orang tersebut. Dia hanya akan menemukan kenikmatan ketika kekasihnya itu berada disampingnya. Tak ada kasih sayang kecuali dengannya dalam kebersamaan dan ketiadaannya, dikala serius atau senda gurau. hal ini akan mengakibatkan adanya keterikatan pribadi. Inilah salah satu penyimpangan ukhuwah, dimana cinta kepada Allah bergeser menjadi cinta kepada sosok manusia. Jika seseorang melakukan penyimpangan ini maka yang lainpun akan mengikutinya karena mereka memiliki keterkaitan yang sangat erat. Ingat tatkala Rasulullah Saw. wafat, Para sahabat gelisah dan merasa khawatir, manakala Abu Bakar mengetahui hal ini, segera beliau naik mimbar dan berkata : " Barangsiapa menyembah Muhammad, sesungguhnya Muhammad telah wafat, tapi barang siapa menyembah Allah sesungguhnya Allah hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membacakan ayat.
"Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul." (QS.Ali Imran, 3:144)


Perkataan Abu Bakar ini meluruskan kembali cara pandang para sahabat dan mengikatkan mereka kepada Allah SWT. Para sahabat keluar dari kerumunan itu -sebagaimana diceritakan kitab-kitab siroh- seraya mengulang-ulang ayat tersebut.
***
Saudaraku...
Diantara tanda kebenaran ukhuwah adalah bantu-membantu diantara kita untuk bertaqurrub kepada Allah SWT. Sebagaimana Para sahabat berkata kepada ikhwahnya: "Kesinilah, mari duduk sejenak untuk memperbaharui (dan membangkitkan energi) iman kita!" (HR. Ahmad dari Anas bin Malik dengan sanad hasan shahih)

Seyogianya kita mengingatkan saudara kita untuk berbuat baik dan membantu melaksanakannya; melarangnya berlaku munkar serta membantu menjauhinya. Maka kita pun berdzikir, membaca Al Quran, mendirikan Qiyamulail, shaum, mengkaji kitab-kitab ilmu dan melaksanakan fadloilul 'amal lainnya bersama-sama. Dengan seperti ini maka miqyas -kualitas- ukhuwah yang Allah sebutkan lewat lisan Nabi Musa as. akan segera terwujud.

"Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku. Dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada engkau, dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau maha mengetahui (keadaan) kami." (QS.Thaha : 29-35)

Dengan seperti ini kita akan mengangkat saudara kita kederajat yang lebih tinggi, begitu pun sebaliknya. Maka pertemuan-pertemuan kita akan diisi dengan amalan yang dicintai Allah, perpisahan kita dihiasi nasihat yang diridloi oleh-Nya. Jadilah kita seperti dua orang pemuda yang dimaksud oleh Nabi Saw. dalam hadits tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan perlindungan pada hari akhirat, hari dimana tidak ada perlindungan lagi padanya selain perlindungan Allah SWT. Rasulullah Saw.bersabda :
" …Dan dua orang yang berkasih sayang karena Allah, mereka berkumpul karena Allah dan berpisah karena-Nya."(HR. Bukhari dan Muslim)

Saudaraku...
Pandai-pandailah setiap kita menjaga waktu saudaranya. Waktu adalah kehidupan. Dia adalah modal utama manusia yang akan dihisab di akhirat kelak. Rasulullah Saw. mengingatkan kita akan hal ini: " Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu padanya, Yaitu nikmat sehat dan waktu senggang." (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas)

Ibnu mas'ud berkata: "Tidak ada sesuatu yang lebih aku sesali selain berada pada satu hari yang mataharinya telah terbenam, umurku pun sudah berkurang sementara amalku tetap tidak bertambah". Kita harus dapat menjaga dan mempergunakan waktu sebaik mungkin. Perjalanan menuju surga itu sangat jauh, membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit, di waktu malam ataupun siang hari.

"Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba." (QS.Al Muthaffifin :26)

Jika seseorang berkunjung kerumah saudaranya maka perhatikanlah adab-adab ziarah. Jangan memperbanyak obrolan selepas isya. Jangan lupa bahwa pada waktu-waktu itu ada saat-saat utama untuk qiyamullail, beristigfar, dan sholat Shubuh. Maka kunjungan ini jangan menghalangi dia dan juga saudaranya untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut.

Sudah tidak diragukan lagi, setiap kita pasti merindukan perjumpaan dengan saudaranya, duduk disampingnya setiap waktu. Pertemuan itu adalah pertemuan yang paling kita sukai. Akan tetapi agar pertemuan kita masih dalam bingkai meningkatkan keimanan, maka mari belajar menahan diri untuk tidak meninggalkan kewajiban-kewajiban diatas.

Bahkan jika salah seorang dari kita melihat saudaranya lalai terhadap waktu, ingatkanlah tentang nilai dan bahaya menggunakan waktu itu untuk hal-hal yang tidak berguna.

Saudaraku...
jika engkau menginginkan kebaikan bagiku -dan aku tidak meragukannya lagi- jangan memuji dihadapanku. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi manusia selain daripada pujian. Teguran Rasulullah Saw. kepada seorang sahabat yang memuji sahabat lain dihadapan orang itu, cukup menjelaskan bahaya memuji dihadapan orangnya. Beliau Saw. berkata: " Aduhai, telah engkau potong leher saudaramu jika ia mendengar sesuatu yang membuat hatinya senang." (Muttafaqun'alaihi)

Pujian menjadikan seseorang lupa diri dan sombong. Maka inilah yang menjadikan dia sombong dihadapan manusia karena beranggapan bahwa mereka tak sederajat dengannya. Persepsi ini mempengaruhi perilakunya dalam berinteraksi dengan orang lain.

Kalaupun itu tidak menjadikannya takabur, paling tidak akan timbul kemalasan untuk mengorek aib dan kekurangan-kekurangan dirinya, karena dia merasa telah sempurna. Maka berusahalah untuk tidak memuji dihadapan orang yang kita puji.
***
Saudaraku...
Jagalah kehormatan diriku! jangan kau ghibah aku dengan dalih apapun, meski alasan untuk kemaslahatan atau alasan lainnya. Bayangkan jika yang digunjingkan itu adalah dirimu, apa yang kamu rasakan ketika ghibah itu sampai ketelingamu ? Ingatlah Firman Allah SWT :
" Dan jangan sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah sebagian diantara kamu memakan daging sudaranya yang sudah mati ? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang." (QS. Al Hujurat :12)

Jangan coba-coba menghina atau merendahkanku dengan panggilan yang melecehan. Tentu ini akan sangat menyakiti hatiku. Janganlah engkau susahkan aku dihadapan orang banyak.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula wanita mengolok-olokkan) wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang engolok-olokkan)." (QS.Al Hujurat :11)

Jangan kau bebani aku dengan sesuatu yang sekiranya tak sanggup aku lakukan. Jangan kau ambil apapun juga dariku tanpa keridlaan, karena aku malu untuk mengambilnya darimu. Rasulullah berkata : " Tidak boleh salah seorang diantara kalian mengambil tongkat milik saudaranya, dengan maksud bercanda atau mencurinya. Barangsiapa mengambil tongkat saudaranya maka segera kembalikan tongkat itu kepada dia."
(HR. Imam Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi dari As Saib Ibn Yazid)

Saudaraku...
panggil aku dengan sebutan yang paling kusukai. Jangan juliki aku dengan sebutan yang mengandung ejekan dan cemoohan. Renungilah Firman Allah dibawah ini :
"Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman."
(QS.Al Hujurat: 11)
Jangan engkau berbisik-bisik dan menyembunyikan sesuatu kepada seseorang sedang aku ada bersama kalian. Sungguh engkau telah membukakan pintu syaitan bagiku. Rasulullah berkata :
" Apabila kamu bertiga maka janganlah dua orang diantara kalian saling berbisik-bisik tanpa mengikutkan yang lainnya, karena hal ini akan menyakiti hati saudaranya itu."
(HR. Muttafaqun'alaihi dari Ibnu Abbas)

Jangan membuat aku panik dengan segala bentuk apapun, seperti kau ambil sesuatu dariku lalu kau sembunyikan, apakah itu kau lakukan dengan sengaja atau hanya sekedar bercanda. Renungkan peristiwa yang pernah terjadi diantara para sahabat, Ketika mereka bepergian bersama Rasulullah Saw. Seorang diantara mereka tertidur lelap. Beberapa orang sahabat mendekatinya dan mengikatkan seutas tali ke tubuhnya. Sahabat tadi panik, kemudian Rasulullah Saw. menasihati mereka: " Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti saudara muslim lainnya." (HR. Abu Dawud)
Bersambung...

comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger