Kita dan al-Qur`an (Mengukur Kesetiaan)

mencintai al Qura'an
“Bacalah, lalu naiklah ke syurga, dan baca lagi dengan ‘tartiil’ seperti yang engkau lakukan selama di dunia! Sungguh, tingkat kedudukanmu di syurga berdasarkan kali ayat terakhir yang engkau baca ” (Al Hadits)

Ibnul Qoyyim merinci bentuk-bentuk sikap, tindakan dan perbuatan meninggalkan al-Qur`an (hajrul Quran). Macam-macam ekspresi orang yang enggan hidup dibawah petunjuk al-Qur`an. Tidak mau menikmati pancaran cahaya al-Qur`an. Tidak suka berinteraksi dengan al-Qur`an. Semoga kita dilindungi Allah dari sikap-sikap ini.


1. Enggan mendengarkan ayat-ayat al-Qur`an. Tidak mau mengimani, meyakini dan percaya dengan al-Qur`an. Tidak ada keinginan fokus menyimak firman ayat-ayat Allah.
2. Enggan mengamalkan al-Qur`an. Tidak mau komitmen dengan apa yang halal dan haram di dalam al-Qur`an. Walaupun ia membaca dan mengimani ayat-ayat al-Qur`an.
3. Enggan menjadikan al-Qur`an sebagai imam dalam kehidupannya. Sebagai dustrul hayaat. Sebagai sumber hukum dan aturan. Sebagai pedoman dan arah hidupnya baik dalam pokok-pokok agama maupun cabang-cabangnya. Bahkan-parahnya- ia percaya bahwa meyakini al-Qur`an tidak memberi faedah dan pengaruh. Bahwa ayat-ayatnya hanyalah bentuk lafaz belaka yang tidak mengandung ilmu.
4. Enggan tadabbur; merenungi dan mendalami al-Qur`an. Tidak terdorong memahami kandungannya. Tidak tergerak menyingkap makna dan petunjuk di dalamnya sesuai dengan apa yang dikehendaki Sang Khalik.
5. Enggan mencari obat dan penawar dari al-Qur`an dalam rangka menangkal dan melenyapkan penyakit-penyakit hati.

Semua sikap dan tindakan ini tergolong orang-orang yang ‘meninggalkan’ al-Qur`an. 

Wujud Kesetiaan Kita Terhadap Al-Qur'an

Dalam keseharian biasa disebut wirid. Yaitu sejenis komitmen yang terus dijaga dalam amal keseharian. Hanya saja kebanyakan kita sering terjebak dalam wirid yang sedemikian sempit. Wirid hanya pada membaca saja. Padahal wirid yang sesungguhnya memiliki dimensi yang luas. Cakupannya menyeluruh. Sebagai contoh adalah seperti yang diceritakan ibunda Hasan al Bashri:
“Beliau itu ketika membuka mushaf (al-Qur`an), Nampak matanya basah-berlinang namun bibir dan mulutnya tidak bergerak..”

Ini menandakan bahwa bentuk mu’amalah dengan al-Qur`an tidak terhimpit dalam membaca saja. Bukan hanya tilawah saja. Namun ini sekali lagi bukan sebagai pembenaran apalagi pendorong kita sama sekali tidak memiliki wirid tilawah. Setidaknya ada wirid al-Qur`an yang sesungguhnya. Wirid yang utuh dan menyeluruh.

1. Wirid Tilawah

“Kalau hati ini dalam kondisi bersih, tidak akan pernah kenyang membaca al-Qur`an” (Usman Bin Affan) “Banyak diantara para pembaca al-Qur`an, dimana ia dilaknat oleh al-Qur`an” (Anas Bin Malik) “Jangan sampai keinginan kita dalam tilawah terus mencapai target akhir surat(Ibnu Mas’ud). Kita tilawah tapi tetap mengusahakan hati dan fikiran tadabbur, menghayati, memahami dan meresapi makna-makna yang dibaca semampu kita.

2. Wirid Melihat


“Berilah mata-mata kalian itu kesempatan beribadah!”, kata Rasululloh, lalu sahabat bertanya, “bagamana caranya?”, Rasulullah menjawab, “Ibadah mata itu melihat mushaf (kitab suci al-Qur`an), merenungi dan mengambil ibrah dari keajaiban-kejaiban yang ada di dalamnya ” (HR. al Baihaki). “Teruslah engkau melihat dan memandangal-Qur`an” (Ibnu Mas’ud). Ibadah satu ini membantu kita terus terhubung dan terkait dengan al-Qur`an.

3. Wirid Mendengar


Rasulullah Saw. sangat senang mendengar dan menyimak bacaan al-Qur`an, “..dan aku suka mendengar al-Qur`an dari orang lain”. Para sahabat itu ketika mendengar ayat-ayat, “berlinangan air mata dan merinding kulit-kulit tubuh mereka”. Belum lagi pernyataan Allah tentang indikasi keimanan yang sesungguhnya dalam surat al-Anfal ayat 2. Adakah iman kita menebal saat mendengar al-Qur`an?

4. Wirid Menghafal

“Kita terbiasa menghafal al-Qur`an sampai 10 ayat saja, dan tidak menambah hafalan sampai 10 ayat ini kita amalkan” (Umar Bin Khathab). Ulama salaf bertanya kepada muridnya, “Anda menghafal al-Qur`an,” dijawabnya, “Tidak.” Kata sang ulama, “Seorang mukmin yang tidak menghafal al-Qur`an, bagaimana ia menikmati hidup, apa yang ia senandungkan, dengan apa ia bermunajat kepada Robb nya.”


5. Wirid Tadabbur

Bagaimana kita dihadapkan dengan pesan QS Shad:29. Juga QS Muhamad:24. Sifat dari tadabbur itu kata Imam Syuyuthi, “Menyibukkan dan memfungsikan hati untuk fokus merenungi, memahami dan meresapi kandungan setiap ayat yang dibaca, lalu memperhatikan apa yang diperintah dan dilarang untuk dilaksanakan”.


6. Wirid Mengamalkan

Sungguh ini diantara wirid yang terberat. Usaha menghidupkan dalam amal nyata. Dalam hati dan fikiran. Dalam kehidupan kita. Diantara gambaran sang pengamal al-Qur`an (shohibul Qur`an) seperti dipaparkan Ibnu Mas’ud, “ia itu dikenal sewaktu malam (dengan Qiyam Lail) dimana manusia banyak tertidur, ia dikenal sewaktu siang (dengan puasa) dimana manusia banyak makan dan minum, ia dikenal dengan tangisan dan air mata disaat manusia tenggelam dalam gelak tawa dan kelalaian, ia dikenal dengan sikap wara’ nya (penuh kehati-hatian) disaat manusia campur aduk tanpa pikir panjang dalam berbuat. Ia dikenal dengan diam dan sahajanya disaat orang lain sedang asyik terbuai dalam canda dan kesia-siaan, ia dikenal dengan ketundukkan dan kerendahan hatinya (kepada Allah) disaat orang lain terjerat keangkuhan tanpa kendali. Ia dikenal sedih dan rasa khawatirnya disaat orang lain dalam arus kesenangan tak terkontrol.”
Ya, shohibul Qur`an memang tampil beda. Yang membedakannya dengan kebanyakan orang bukan pada suaranya, tapi pada kenyataan hidupnya. Pada kesehariannya. Pada tindakan, sikap dan perbuatannya. Pada keindahan akhlaknya. Seperti yang diungkapkan Ibnu Mas’ud.

7. Wirid Mendakwahkan Al-Qur'an

Ini adalah bagian dari buah keberkahan al-Qur`an. “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya”, kata Rasulullah Saw. Kita ajak sebanyak-banyak orang lain untuk mencintai al-Qur`an. Untuk meyakini al-Qur`an sebagai dusturul hayaat. Untuk merasakan indahnya hidup di bawah keteduhan al-Qur`an.

Sarana Nyata Mewujudkan Kesetiaan

Pertama, paling sedikit kita tilawah 1 juz per hari. Di bulan Ramadan kondusif untuk diupayakan lebih dari itu. Apalagi saat-saat i'tikaf. Khusus 10 hari terakhir kita sangat mungkin khatam Al-Qur'an.

Kedua, kita coba awali hari dengan al-Qur`an. Sebelum beraktivitas lain, sudah selesai tugas tilawah dengan al-Qur`an. Sejak selesai solat Shubuh kita sudah basahi lidah bahkan hati dan pikiran kita dengan siraman ayat-ayat al-Qur`an . Lalu kita letakkan waktu tilawah ini menjadi pengiring di sebelum dan sesudah solat wajib. Insya Allah target 1 juz mudah terlampaui.

Ketiga, harus kita sediakan waktu untuk lebih erat bersentuhan dengan al-Qur`an. Yaitu tadabbur. Tadabbur dengan cara melihat kata demi kata di setiap ayat. Direnungi, dihayati dan disentuhkan dengan hati dan fikiran. Berharap ada tetes dua tetes air mata semoga semakin melembutkan dan membersihkan kalbu kita. Juga tadabbur dengan cara mendengar khusyuk lantunan ayat-ayat al-Qur`an di solat Taraweh dan Tahajud kita. Kita upayakan konsentrasi dan fokus menyimak dan menikmati bacaan imam. Bisa juga kita coba dengan mendengar tilawah dari kaset dan radio. Semua upaya dilakukan untuk mengamalkan tadabbur. Baik dengan melihat, membaca dan mendengar.

Keempat, jangan lewatkan maw’izhoh, nasehat, khutbah dan ceramah yang penuh dengan petunjuk al-Qur`an dan as Sunnah. Menjadi motivasi untuk semakin sering tadabbur dan semakin semangat menghidupkan al-Qur`an dalam amal kita.

Kelima, berdoa sungguh-sungguh semoga Allah memberi kemudahan untuk kita untuk setia dengan al-Qur`an. Memohon kekuatan mengamalkan dan mewujudkan al-Qur`an dalam kenyataan hidup. Meminta kepada Nya supaya digolongkan mereka yang dibimbing Nya melalui al-Qur`an. Berharap dihimpun bersama para pembawa al-Qur`an. Bersama para penghidup al-Qur`an. Bersama para ahlul al-Qur`an, ash haabul al-Qur`an, hamalatil al-Qur`an.

Pendukung dan penopang

- Secara maknawiy. Kita harus berusaha mengikhlaskan niat. Luruskan motivasi. Bersihkan keinginan. Sembari berupaya juga menghidupkan himmah ‘aaaliyah. Kemauan kuat dan kokoh. Tekad membaja. Dorongan dahsyat dari dalam diri kita setelah memohon kekuatan dari Allah Yang Maha Kuat nan Perkasa.
- Jangan kesibukan kita menghafal menghalangi tilawah. Ingat, “tilawah itu bahan bakar hafalan kita”
- Bagus juga jika kita memiliki rekan sevisi. Sahabat sefikroh. Teman yang mempunyai kesamaan sehingga dapat merancang sejenis perlombaan robbaniy.
- Pilihlah waktu, tempat dan keadaan yang sesuai untuk tilawah, atau hafalan, atau tadabbur. Masing-masing ada bagian.
- Mulai dari apa yang mampu kita lakukan, lalu berusaha konsisten, dan terus-menerus mendekat tataran ideal (Saddid wa Qoorib!).
- Ketika khatam al-Qur`an, maka kumpulkan semampunya teman atau anggota keluarga. Karena Khataman itu disaksikan. Bisa menjadi saksi kebaikan. Seperti sahabat Anas, diriwayatkan bahwa “beliau ini pada saat khatam al-Qur`an, dipanggilnya anak-anak dan anggota keluarganya, lalu diajaknya mereka ikut berdoa sama-sama.”


Wahai saudaraku..

al-Qur`an memanggil-manggil kalian di bulan Ramadan ini.. Ingat-ingat selalu adagium ini, “Sebesar kedekatanmu dengan al-Qur`an, sebesar itu pula kedekatan Allah denganmu. Sekencang usahamu menghadapkan hati, fikiran dan perasaanmu kepada al-Qur`an, sedemikian itu pula Allah akan menghadap dan menyambutmu. Semakin dirimu jauh dengan al-Qur`an, Allah pun akan menjauhimu”

Suhartono TB, Lc.Dipl


Dapatkan Mushaf Al Quran Berkualitas di www.toko.ufukislam.com

comment 0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger