Sifat Shalat Nabi Saw
Ibnul Qayyim al-Jauziyah
Shalat adalah kewajiaban yang disyariatkan Allah kepada Rasulullah Saw dan umatnya dalam peritiwa Isra' Mi'raj. Shalat adalah sarana komunikasi hamba dengan Sang Khaliq dan mencegah dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dijelaskan di dalam al-Quran.
Di Zaman kita sekarang ini banyak orang mengaku muslim tapi tidak melaksanakan kewajiban shalat sebagaimana mestinya. Mereka lalai dan menganggap remeh urusan yang satu ini. Padahal shalat adalah rukun Islam dan amalan yang pertama kali dihisab di akherat kelak.
Orang yang melaksanakannya saja masih mendapat ancaman dari Allah, yaitu orang-orang yang dalam shalatnya lalai, tidak khusyu dan riya. Nah! Bagaimana dengan mereka yang meninggalkanya? Konsekwensi (hukuman) apa yang pantas bagi mereka yang meninggakan shalat? Dan bagaimana sifat shalat Rasulullah Saw?
Di dalam buku ini, Ibnul Qayim al-Jauziyyah, seorang ulama salaf yang terkenal kedalaman ilmu dan ibadahnya- memaparkan hukum orang yang meninggalkan shalat secara panjang lebar, lengkap dengan dalil-dalilnya. Disamping itu, beliau juga menjelaskan tata cara Shalat yang di contohkan oleh Rasulullah Saw. Mulai dari takbir hingga salam.
Pada Bab Pertama Ibnul Qayyim membahas hukum orang yang meninggalkan shalat fardlu dengan sengaja. Hukum orang yang meninggalkan Wudlu, Mandi, Mandi Junub, menghadap Kiblat dan menutup Aurat. Hukum meninggalkan shalat Jumat, Samakah orang yang meninggalkan Puasa, Haji dan Zakat dengan orang yang meninggalkan Shalat? Apakah orang yang meninggalkan Shalat dijatuhi Hukuman Mati? Dan apakah dia tetap sebagai orang Islam ataukah murtad dari Islam? Semua pembahasan tersebut dipaparkan dengan mengutip pendapat-pendapat para ulama, disertai hujjah-hujjah dari masing-masing pendapat, baik dari al-Quran, Hadits maupun Ijma para Sahabat.
Dalam pembahasan selanjutnya Ibnul Qayyim memaparkan pendapat yang mengkafirkan orang yang meninggalkan Shalat dan yang tidak mengkafirkannya. Apakah orang yang meninggalkan satu shalat wajib dengan sengaja amal-amal mereka menjadi terhapus? Apakah orang yang melaksanakan Shalat setelah berakhir waktunya masih bisa mendapatkannya? Sahkah Shalat orang yang shalat sendirian sementara dia mampu melaksanakan berjamaah? Apa hukum orang yang mematuk-matuk shalatnya dan tidak menyempurnakan Ruku' dan Sujudnya?
Pada Bab Kedua, Penulis memaparkan tata cara Shalat Rasulullah Saw. Berapa lama belaiau berdiri membaca Ayat? Dalil orang yang meringankan dan menyempurnakan Shalat. Amin dan mengangkat tangan, doa' i'tidal, takbir sambil bersujud dengan mengangkat tangan.
Selanjutnya diterangkan tentang rangkaian Shalat Nabi Saw. Mulai dari menghadap qiblat sampai selesai, qunut pada rakaat terakhir, shalawat kepada Nabi kemudian Salam. Semuanya dibahas pada Bab Ketiga, sebagai penutup akhir buku.
Buku ini cukup menjadi panduan untuk semakin mendekatkan shalat kita dengan shalat yang dilakukan Nabi saw. Sebab kita memang tegas diperintah untuk menunaikan shalat sesuai dengan tata cara atau kaifiyat shalat beliau. "Shollu kamaa raitumuunii ushollii !". Semoga!
Buku ini cukup menjadi panduan untuk semakin mendekatkan shalat kita dengan shalat yang dilakukan Nabi saw. Sebab kita memang tegas diperintah untuk menunaikan shalat sesuai dengan tata cara atau kaifiyat shalat beliau. "Shollu kamaa raitumuunii ushollii !". Semoga!
(Heri Efendi)
0 komentar:
Posting Komentar