Dukungan Inggris Terhadap Zionis
Inggris mengadopsi Proyek Zionis. Maka 2 November 1917, keluarlah Janji Balfour untuk mendirikan Negara Nasional Yahudi di Palestina. Pada bulan Desember 1918 M Inggris berhasil menguasai seluruh wilayah Palestina dan mengingkari janji-janjinya untuk memberikan kemerdekaan dan indepedensi kepada bangsa Arab yang dipimpin Asy Syarif Husein. Maka wilayah-wilayah penting di Syam (Suriah) dan Irak dibagi menjadi dua bagian, yang satu di bawah kendali Inggris dan yang lainNya di bawah kendali Perancis. Pembagian ini sesuai perjanjian Syikes-Picot ( Mei 1916) yang dirancang untuk menjadikan Palestina sebagai kawasan Internasional.
Keberpihakan dan Niat Buruk Inggris
Masa pemerintahan Inggris di Palestina (tahun 1918-148), telah membuka pintu imigrasi besar-besaran bagi bangsa Yahudi. Maka populasi orang yahudi pun menjadi berlipat ganda, dari 55.000 orang pada tahun 1918 M, maka tahun 1948 M populasi mereka menjadi 646.000 orang. Atau yang awalnya setara dengan 8% menjadi 31 % dari total penduduk Palestina (pada saat itu). Selain itu, Inggris juga memberikan kemudahan bagi orang-orang yahudi untuk membeli tanah. Maka kepemilikan tanah orang yahudi meningkat drastis. Kepemilikan tanah mereka di Palestina antara setengah juta Donem (setara dengan 5000 hektar) atau sekitar 2% hingga 700 000 donem (7 000 hektar) atau sekitar 6,3 % dari luas tanah Palestina. Kemudahan itu mereka dapatkan baik dari pemerintah Inggris atau dari pihak-pihak lain yang tidak memihak kepada Palestina. Meski menghadapi kondisi kritis yang penuh penderitaan, 30 tahun lebih rakyat Palestina tetap bisa hidup di tanah airnya sebagai penduduk mayoritas (68%) dan menguasai hampir seluruh tanah (93,7%). Namun dibawah perlindungan penuh pasukan keamanan Inggris, yahudi mampu mendirikan dan membangun berbagai lembaga dibidang ekonomi, politik, pendidikan, militer dan sosial. Tahun 1948 M mereka telah mendirikan 292 perkumpulan dan membentuk pasukan militer dari berbagai lembaga seperti Hagana, Urgun, Stern. Jumlah keseluruhan pasukan ini lebih dari 70 000 personil dan mempersiapkan deklarasi negara baru mereka.
Kekokohan Bangsa Palestina
Konspirasi terhadap Palestina jauh lebih besar dari kemampuan yang dimiliki rakyatnya. Meski demikian, rakyat Palestina bersikukuh untuk tetap menolak penjajahan Inggris dan Proyek Zionis dan menuntut kemerdekaan. Maka, muncullah Pan Islamis-Nasionalis dibawah pimpinan Musa Kadzim, Haji Amin al-Husaini dan kawan-kawan. Mereka melakukan penyadaran dan menggalangi dukungan publik, melakukan manuver-manuver politik, dan aksi-aksi revolusi seperti Revolusi al-Quds 1920, Revolusi Yafa 1921, Revolusi Buraq 1929 dan Oktober 1933. Kemudian muncul pula Gerakan Jihad pimpinan Syekh Izzudin al-Qassam, dan Front Jihad Suci yang dipimpin Abdul Qadir al-Husaini. Revolusi Besar 1936-1939 berhasil menekan Inggris. Maka seperti yang mereka tuliskan di dalam Buku Putih (Mei 1939 M) Inggris menjanjikan berdirinya Negara Palestina dalam rentang sepuluh bulan lagi. Dan menghentikan penjualan-penjualan tanah kepada yahudi kecuali dalam jumlah yang sangat terbatas. Mereka juga berjanji akan menghentikan imigrasi yahudi setelah lima tahun kedepan. Akan tetapi, semua janji-janji itu diingkarinya pada bulan Pebruari 1945 M (Penjelasan Bevin). Dan akhirnya, Proyek Zionis pun kembali berjalan dibawah supervisi Amerika Serikat.
Bersambung...
[Diterjemahkan oleh Heri Efendi dari Haqaiq wa Tsawabit Fil Qadliyyah falestiniyyah Dr. Muhsin Muhammad Shaleh]
Tulisan terkait:
0 komentar:
Posting Komentar